Rabu, 16 Juli 2008

Antusiasme Masyarakat dalam Kegiatan Siaga Bencana

Oleh SANADI

Bencana!!! Kata ini terasa ringan dan mudah kita ucapkan, namun kata ini mengingatkan kita pada kejadian pada tanggal 26 Desember 2004 dan 28 Maret 2005 yang menimpa propinsi Nanggro Aceh Darussalam dan Pulau Nias. Kedua kejadian ini tak lain adalah terjadinya gempa bumi dan tsunami yang telah banyak menghancurkan bangunan, sarana dan prasarana umum, berbagai dokumen penting dan menghilangkan ratusan ribu nyawa manusia serta menyebabkan lumpuhnya perekonomian. Banyak istri kehilangan suami, banyak suami kehilangan istri, banyak orang tua kelihangan anak dan ribuan anak kehilangan orang tua. Banyak orang kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian dan kehilangan harta benda. Kejadian ini sudah seharusnya menjadi pelajaran buat kita semua untuk selalu “SIAGA BENCANA”.

Di barat Pulau Nias merupakan garis pertemuan lempang Eurasia dan Australia yang selalu bergerak kuranng lebih 7 cm setiap tahunya sehingga suatu saat akan terjadi tumbukan antar lempeng yang bisa mengakibatkan gempa bumi bahkan mungkin bisa mengakibatkan tsunami. Ciri-ciri gempa yang berpotensi terjadi tsunami adalah gempa sangat besar yang ditandai dengan gempa berlangsung lebih dari satu menit, banyak tiang/struktur bangunan rusak dan orang tidak bisa berdiri tegak. Dari alasan tersebut patutlah bila kita akan selalu “SIAGA BENCANA”.

Program siaga bencana sekarang sedang laksanakan oleh SurfAid International di Kepulauan Mentawai dan Pulau Nias yang berbasis masyarakat (Program siaga bencana berbasis masyarakat). Dalam pelaksanaannya SurfAid bekerja sama dengan pemerintah dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan dan pemerintahan desa. Di Nias program ini sudah dimulai sejak bulan Mei 2007 yang diawali dengan kegiatan pengumpulan data dan dilanjutkan dengan sosialisasi tingkat kabupaten, tingkat kecamatan dan tingkat desa. Di Pulau Nias program ini dijalankan di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Teluk Dalam, Afulu dan Sirombu dengan jumlah desa sasaran sebanyak 33 desa. Desa sasaran diprioritaskan desa yang berdekatan dengan pantai karena dimungkinkan rawan dengan bencana tsunami.

Dalam uraian ini penulis memfokuskan kegiatan siaga bencana di Kecamatan Sirombu. Kecamatan Sirombu merupakan salah satu kecamatan di bagian barat Pulau Nias yang berjarak sekitar 65 KM dari pusat kota kabupaten. Kecamatan Sirombu terletak dipesisir pulau Nias (Sirombu daratan) dan wilayah kepulauan kecil yaitu kepulauan Hinako atau biasa orang menyebut Pulau 8 (Sirombu pulau). Kepulauan Hinako terdiri dari 8 pulau dan dibagi menjadi 12 desa. Kondisi geografi kepupaluan ini merupakan dataran yang banyak ditumbuhi pohon kelapa yang merupakan salah satu sumber penghasilan masyarakat setempat. Di kepulauan ini hanya terdapat satu gunung (dataran tinggi/bukit) yaitu di pulau Hinako. Sedangkan pulau-pulau yang lain hanya dataran rendah yang banyak ditumbuhi pohon kelapa yang merupakan salah satu sumber penghasilan masyarakat setempat. Sebagian besar masyarakat mempunyai mata pencaharian petani perkebunan kelapa dan nelayan. Alat transportasi yang menghubungkan Sirombu daratan dan Sirombu Pulau adalah satu buah kapal kayu yang setiap harinya hanya bisa melayani penumpang satu kali trip.

Program siaga bencana merupakan program yang dilaksanakan untuk membantu masyarakat dalam persiapan menghadapi kemungkinan terjadinya bencana dimasa yang akan datang. Program ini dalaksanakan dan dikembangkan bersama masyarakat karena diharapkan masyarakat sendiri yang lebih mengetahui kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi resiko bencana serta dapat melakukan tindakan-tindakan penyelamatan apabila terjadi bencana dan penanganan setelah terjadi bencana.

Untuk mencapai tujuan tersebut, program siaga bencana berbasis masyarakat di Kecamatan Sirombu telah melakukan berbagai kegiatan yaitu:

1. Pengumpulan data melalui KAP Survey dan CCR. Pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara dengan sebagian masyarakat yang dipilih secara acak yang bertujuan untuk memberi gambaran umum pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan dan potensi desa.

2. Sosialisasi tingkat kecamatan. Sosialisasi ini dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2007 yang dihadiri personil Unit Operasional Penanganan Bencana (UOPB), Kepala desa dan sekertaris desa, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

3. Sosialisasi tingkat desa. Sosialisasi ini dilaksanakan mulai tanggal 25 Juli 2007 dan berakhir tanggal 01 September 2007 yang bertujuan memberikan informasi kebencanaan dan program-program SurfAid yang akan dilasanakan kedepan. Peserta sosialisasi ini sebanyak 40-50 orang. Perwakilan ini terdiri dari aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, wakil pemuda dan tim penggerak PKK. Kegiatan ini juga membentuk tim Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinamas) yang merupakan tim penanganan bencana ditingkat desa yang akan di berikan SK dari kecamatan setaempat. Satlinmas ini dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat dalam penanganan bencana mulai dari persiapan menghadapi bencana sampai pelaksanaannya kelak apabila terjadi bencana.

4. Lomba siaga bencana tingkat kecamatan. Lomba yang diadakan adalah lomba Gapura siaga bencana, papan informasi siaga bencana, poster siaga bencana dan yel-yel siaga bencana yang diikuti oleh 17 desa sasaran. Lomba ini merupakan salah satu media kampanye siaga bencana. Disamping itu dengan adanya lomba ini merupakan ajang kebersamaan dan gotong royong dari masyarakat. Lomba ini sangat diminati masyarakat karena masing-masing desa dapat menunjukkan kemampuannya terhadap desa yang lain, menang lomba merupakan kebanggaan tersendiri. Dalam penilaian tim juri dipilih dari perwakilan Kecamatan, Polsek, Koramil, Dinas Pendidikan kecamatan dan staf SurfAid.

5. Perayaan masyarakat. Aacara ini merupakan kampanye siaga bencana karena banyak masyarakat berkumpul dan merupakan pentas seni dari masyarakat. dalam acara ini dihadiri masyarakat tidak kurang dari 750 orang laki-laki dan perempuan yang berasal dari 17 desa. Atraksi banyak ditampilkan masyarakat diantaranya solo vocal, vocal group dan atraksi khas Nias yaitu maena. Dalam acara ini juga dibagikan tropi pemenang lomba dan diadakan lomba tenda yang dipusatkan di halaman kecamatan Sirombu. Tempat ini juga sebagai tempat evakuasi pada waktu terjadi bencana tsunami tanggal 26 Desember 2007 sehingga kegiatan ini juga untuk mengenang dan mengingatkan terjadinya bencana tsunami.

6. Simulasi siaga bencana berbasis sekolah dan distribusi komik siaga bencana pada anak sekolah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membekali pengetahuan kebencanaan pada murid dan guru. Kegiatan ini sangat diminati oleh murid dan guru karena dapat menambah pengetahuan kebencanaan yang tidak ada dalam kurikulum sekolah.
7. Penyebaran media informasi kebencanaan yang dipasang di papan informasi siaga bencana.
8. Distribusi bulletin siaga bencana. Distribusi ini diberikan pada masyarakat desa, sekolah, kecamatan dan dinas pendidikan.

Dari berbagai kegiatan tersebut dalam pelaksanaannya terlihat antusias masyarakat. Antusias ini juga terlihat pada kegiatan sosialisasi terutama sosialisasi tingkat desa. Dalam sosialisasi ini banyak masyarakat menanyakan bagaimana cara mengurangi dampak dan penyalamatan apabila terjadi bencana. Keinginan masyarakat seperti setiap rumah harus memiliki pelampung, tempat evakuasi khususnya pulau yang tidak ada gunung, juga keinginkan setiap informasi bencana harus segera disebarluaskan. Selain itu juga banyak pertanyaan bagaimana terjadinya gempa dan tsunami, bagaimana lempeng bisa bergerak. Pertanyaan yang tidak kalah penting adalah bagaimana cara penanganan rawan bencana didesa, seperti tsunami, banjir dan pembrantasan nyamuk.

Pada suatu ketika di kedai kecil kami mengobrol dengan seseorang. Orang ini sungguh sangat setuju dan mendukung program siaga bencana bahkan bercerita tentang bahan-bahan yang bisa dipakai untuk penyelamatan. Seperti batang pisang bisa dipakai sebagai rakit pada saat terjadi banjir. Pohon pisang sebagai rakit sementara lebih bagus disbanding dengan menggunakan bambu karena batang pisang sulit untuk tenggelam. Pohon pisang lebih mudah dapat dan ditanam serta mudah tumbuh dimana-mana. Penanaman pohon pisang mendapatkan dua keuntungan yaitu dapat menghasilkan buah dan batangnya dapat dimanfaatkan sebagai pengganti rakit sementara. Oleh karena itu mari kita tanam pohon pisang didekat rumah dan disekitar lokasi evakuasi yang telah ditentukan untuk persiapan dan siaga bencana.

Keinginan dan kemauan serta perilaku masyarakat untuk siaga bencana merupakan kunci utama dan akan banyak memberi dampak/manfaat bagi basyarakat, karena program ini merupakan program yang semestinya dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri. Ingat!!! Bencana bisa datang kapan saja, mari tetap “SIAGA BENCANA”.

Sanadi
SCF Kec. Sirombu
SurfAid International

Tidak ada komentar: