Jumat, 18 Juli 2008

Profil: Mona Lisa, pejuang kesiagaan bencana dari Mentawai

Diambil dari:
Volume 3, Terbitan 1 dari OnBoard,
eNewsletter Australasia SurfAid International.

http://www.surfaidinternational.org/atf/cf/%7B46DF7ED0-44B1-4CD7-A9D5-2C5DE97C88E5%7D/MONALISAPROFILE.HTML

Kami di SurfAid juga memiliki Mona Lisa dan ia sama bernilainya bagi tim dengan lukisan yang lebih terkenal yang dipajang di Museum Louvre di Paris.

Mona Lisa kami, 25 tahun, telah menjadi bagian dari tim Program Siaga Bencana di Kepulauan Mentawai sejak Juni 2007.

Lahir di Siberut, pulau paling utara di Mentawai, Mona Lisa tinggal di desa Katurei di Siberut Selatan dan bekerja di dusun Tiop dan Sarausau.

Ia adalah salah satu dari 12 Fasilitator Masyarakat untuk Siaga Bencana yang tinggal bersama dengan masyarakat sasaran, fasih dialek lokal dan memahami budaya dan adat-istiadat lokal.
Anggota Staf Siaga Bencana, Mona Lisa (kiri). Foto: Kirk Willcox / SAI

“Saya sangat menikmati pekerjaan ini karena saya bekerja dekat dengan masyarakat pada Program Siaga Bencana dari SurfAir dan saya membantu mereka untuk siaga jika terjadi gempa bumi atau tsunami atau bencana serupa lainnya,” kata Mona Lisa.

“Tim ini sangat bagus dan banyak hal yang dikerjakan setiap hari dan saya belajar banyak hal. Berkat pekerjaan kami, masyarakat tahu mengenai apa yang harus dilakukan jika ada bencana dan mereka tahu bahwa mereka akan lebih aman karena adanya pengetahuan ini.

“Jika terjadi gempa bumi, mereka akan menjauh dari bangunan ke tempat terbuka sambil melindungi kepala mereka, dan jika gempa bumi terjadi lebih lama dari 50 detik, akan ada kemungkinan terjadinya tsunami sehingga mereka tahu bahwa mereka harus ke dataran yang lebih tinggi, mengikuti rute evakuasi yang telah mereka buat. Kesiagaan berarti menyelamatkan kehidupan.”

Program Siaga Bencana disponsori oleh AusAID, sebagai bagian dari Kemitraan Australia-Indonesia, dan Mona Lisa baru-baru ini belajar tarian tradisional Mentawai untuk pertunjukan di dusun Tiop selama peninjauan tengah program dari AusAID.

Anggota Staf Siaga Bencana, Mona Lisa, ketiga dari kiri, pada pertunjukan tarian tradisional Mentawai di desa Tiop, pulau Siberut Selatan, dalam acara kunjungan peninjauan program AusAID bulan April. Foto: Kirk Willcox/SAI
Ia berencana untuk terus belajar menari. “Kami memiliki pengajar tari untuk pertunjukan tersebut dan saya sangat menikmati belajar menari dan akan terus belajar lagi. Menari adalah cara yang baik untuk berbagi waktu dengan para wanita di masyarakat.”

Manajer Program Siaga Bencana, Jason Brown, berkata: “Saya sangat senang jika melihat fasilitator masyarakat benar-benar menjadi anggota masyarakat di mana mereka tinggal dan diterima di masyarakat.

“Ini adalah langkah besar pertama untuk menjadi fasilitator yang efektif. Ikut tarian lokal, acara atau perayaan adat, atau membantu dalam kegiatan gotong-royong, termasuk jenis aktivitas yang akan membantu untuk membentuk kepercayaan yang sangat penting dalam setiap program pengembangan masyarakat.”


Dua Staf SurfAid Terkena Malaria

Fasilitator Masyarakat (FM) untuk Program Siaga Bencana, Mona Lisa, menderita sakit parah di lapangan pada bulan Juni dan terkena dua jenis malaria yang ditemukan di Mentawai—plasmodium falciparum dan plasmodium vivax. FM lainnya, Yimi, juga terkena plasmodium falciparum yang bisa fatal jika tanpa perawatan. Keduanya segera dibawa dari Tua Pejat ke Padang, melintasi laut sejauh 150 km, dengan menggunakan kapal cepat SurfAid, Sibex, pada hari Jumat, 20 Juni. Mobil ambulans menunggu mereka dan segera mengantar mereka ke rumah sakit di Padang.

Setelah perawatan, Mona Lisa bisa meninggalkan rumah sakit tiga hari kemudian dan dokter menyarankannya untuk beristirahat di rumah selama lima hari. Yimi juga segera sembuh dan keduanya sekarang telah kembali ke lapangan. Hal tersebut menunjukkan bahaya yang bisa dihadapi oleh staf kita yang bekerja di lapangan. Ketika keduanya sakit, telah ada laporan mengenai beberapa kasus malaria lebih lanjut di desa Mappadegat, dekat Tua Pejat.

Tidak ada komentar: